17
Pernah ada tangan-tangan yang menolong juga pernah ada bahu-bahu untuk bersandar. Pernah juga ada tawa-tawa yang selalu mengisi, ada juga sedikit tangis didalamnya. Pernah ada perdebatan, bahkan pertengkaran. Pernah ada pembicaraan serius soal hidup, juga pernah ada humor receh didalamnya. Pernah jalan bersama-sama, berangkulan tangan sembari merapalkan doa. Doa, katanya agar semua itu terus terjadi dan tidak menjadi kenangan. Doa-doa terus dipanjatkan. Harapan terus ditinggikan. Semoga-semoga itu, akan terus menjadi semoga. Hingga akhirnya, satu persatu, punggung-punggung itu, mulai berjalan, berjauhan. Punggung-punggung yang aku cintai. Mereka mulai mencoba melepaskan satu sama lain. Mereka mulai merakit perahu mereka masing-masing, mecoba menjauh dari rumah mereka untuk sebuah harap yang lebih besar. Mereka mulai sibuk menata serpihan-serpihan masa depan yang masih tersisa, mencoba berjalan sendiri tanpa tangan dan bahu yang lain untuk membantu. dan yang ...